Samuel Indra Bastian
Siswa SMK kelas 2 (TEI) dan fullstack developer.
Profil
Nama
Samuel Indra Bastian
Status
Siswa SMK kelas 2
Sekolah
SMK PGRI 3 Malang
Jurusan
Teknik Elektronika Industri (TEI)
Pengalaman
3 tahun sebagai fullstack developer
Umur
17 tahun
Tanggal Lahir
2 Juli 2008
Jejak Pendidikan
Pendidikan Awal
Pendidikan dasar dan menengah dengan fokus pada eksperimen dan eksplorasi teknologi.
2024 - Sekarang
SMK PGRI 3 Malang
Teknik Elektronika Industri (TEI)
Kelas 2 SMK. Belajar sistem elektronika industri sambil mengembangkan skill software development secara mandiri.
Dari Game ke Web
Awal mula dimulai dari ketertarikan pada game. Bukan hanya main, tapi penasaran bagaimana sistem di baliknya bekerja. Bagaimana interface dirender, bagaimana data disimpan, bagaimana logika game berjalan.
Rasa penasaran itu membawa ke web development. Mulai dari HTML dan CSS sederhana, lalu JavaScript, kemudian framework dan library. Tiap proyek kecil mengajarkan sesuatu: tentang struktur, tentang debugging, tentang cara berpikir sistematis.
Yang paling terasa adalah friksi dengan tool kerja. Catatan di satu tempat, kode di tempat lain, dokumentasi tercecer. Perpindahan antar aplikasi memutus fokus. Dari situlah kebutuhan akan struktur kerja yang lebih rapi mulai terlihat.
Perjalanan Menjadi Fullstack
Selama 3 tahun terakhir, pola kerja yang konsisten mulai terbentuk: mulai dari membangun UI, mengembangkan API, mendesain database, deploy ke production, lalu iterasi berdasarkan feedback dan kebutuhan.
Proyek yang dikerjakan beragam—dari aplikasi web sederhana hingga sistem yang lebih kompleks. Tidak ada klien besar atau startup terkenal. Hanya proyek demi proyek yang mengasah cara berpikir tentang arsitektur, performa, dan pengalaman pengguna.
Yang paling penting dari 3 tahun ini bukan jumlah teknologi yang dipelajari, tapi kebiasaan: konsisten dalam dokumentasi, disiplin dalam testing, dan keinginan untuk merapikan sistem alih-alih menumpuk fitur.
Stack yang Dikuasai
Frontend
Backend
Database
DevOps & Deployment
Tools & Workflow
Stack yang disebutkan adalah yang digunakan dalam proyek Xynos Workspace dan proyek-proyek sebelumnya.
Kenapa Membangun Xynos Workspace
Masalah yang Xynos selesaikan adalah masalah yang saya alami sendiri. Catatan kuliah ada di satu aplikasi, to-do list di aplikasi lain, file referensi tersebar di folder berbeda. Setiap kali berpindah konteks—dari proyek A ke proyek B—butuh waktu untuk mengingat di mana semua informasi tersimpan.
Solusinya bukan menambah fitur baru, tapi menyediakan struktur yang konsisten. Stack menjadi unit kerja: satu stack menampung catatan, tugas, dan file yang saling berhubungan. UI dibuat tenang—tanpa notifikasi yang mengganggu, tanpa animasi berlebihan. Fokus ke kejelasan dan kegunaan jangka panjang.
Ini bukan proyek untuk menyelamatkan dunia atau mengubah cara orang bekerja. Ini keputusan desain yang dibuat berdasarkan kebutuhan nyata: sistem yang bisa dipakai setiap hari tanpa tambahan beban mental.
Prinsip Kerja
Struktur lebih penting daripada fitur tambahan yang belum tentu terpakai.
Konsistensi lebih baik daripada tampilan yang ramai dan berubah-ubah.
Keputusan kecil yang jelas lebih aman daripada perubahan besar yang tidak stabil.
Dokumentasi yang rapi menghemat waktu lebih banyak daripada kode yang cepat tapi tidak terbaca.
Software yang dipakai bertahun-tahun lebih berharga daripada yang mengesankan di awal lalu ditinggalkan.
Feedback dari penggunaan nyata lebih berguna daripada asumsi tentang fitur yang diinginkan.
Catatan Transparansi
Xynos Workspace masih dalam iterasi aktif. Fokus saat ini adalah reliability dan stabilitas, bukan menambah fitur sebanyak mungkin. Ada batas waktu, ada keterbatasan resources, dan ada keputusan yang diambil dengan trade-off.
Jika ada feedback, saran, atau menemukan bug, silakan hubungi melalui email yang tersedia. Semua input dibaca dan dipertimbangkan untuk perbaikan ke depan.